Sabtu, 30 November 2013

IKLAN DALAM ETIKA DAN ESTETIKA



NAMA : Maya Ikhlasiyah
NPM    : 14210284
KELAS : 4EA17
TUGAS KE - 3: ETIKA BISNIS

Iklan Dalam Etika Dan Estetika

ABSTRAKSI

Maya Ikhlasiyah, 14210284, Iklan Dalam Etika dan Estetika. Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen, Universitas Gunadarma,2013.

Iklan adalah sebagai penggiring orang pada suatu gagasan. Walaupun pada akhrinya tidak semua iklan dapat mengajak setiap orang yang melihatnya untuk membeli atau melakukan apa yang dilihat, didengar atau dibaca. Media audiovisual, seperti televisi adalah media yang paling tepat untuk memunculkan sebuah iklan dikarenakan hampir seluruh lapisan masyarakat memiliki televisi.Iklan memainkan peran yang sangat penting untuk menyampaikan informasi tentang suatu produk kepada masyarakat. Karena kecenderungan yang berlebihan untuk menarik konsumen agar membeli produk tertentu dengan memberi kesan dan pesan yang berlebihan tanpa memperhatikan berbagai norma dan nilai moral, iklan sering menyebabkan citra bisnis tercemar sebagai kegiatan tipu menipu, dan karena itu seakan antara bisnis dan etika ada jurang yang tak terjembatani.

Tapi iklan tidak diterima oleh target tertentu (langsung). Iklan dikomunikasikan kepada khalayak luas (melalui media massa komunikasi iklan akan diterima oleh semua orang: semua usia, golongan, suku, dsb). Sehingga iklan harus memiliki etika dan estetika, baik moral maupun bisnis. Konsumen adalah orang yang mempergunakan barang atau jasayang tersedia dalam masyarakat, baik untuk dipergunakan sendiri, keluarga, maupun orang lain. Keberadaan konsumen sangat penting untuk keberhasilan suatu perusahaan yang bergerak dibidang barang maupun jasa. Dari tangan konsumenlah pundi-pundi uang buah usaha atas barang atau jasa yang dijual. Oleh karena itu produsen harus mengetahui dan memahami hak-hak konsumen. Sasaran akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa di jual kepada konsumen. Pada hakikatnya secara positif iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan barang konsumen dapat dijual kepada konsumen.

 BAB 1
PENDAHULUAN

        1.1           Latar Belakang
Dalam era globalisasi sekarang ini iklan merupakan salah satu factor utama yang menjadi focus perhatian pengusaha, karena iklan merupakan hal yang penting untuk mereka lakukan dalam mempromosikan maupun menawarkan produk 

         1.2         Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya adalah membahas  tentang bagaimana seharusnya produsen mempromosikan suatu produk barang atau jasa kepada konsumen dilihat dari sisi kepentingan perusahaan dan hak-hak konsumen itu sendiri.

         1.3           Batasan Masalah
Dalam penulisan ini, batasan masalah yang penulis ambil adalah apakah produsen sudah mementingkan hak – hak konsumen dalam mempromosikan produk mereka di iklan.

         1.4           Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah langkah yang terbaik yang seharusnya produsen lakukan dalam mempromosikan suatu produk barang atau jasa kepada konsumen namun tetap melihat sisi dari kepentingan perusahaan dan hak-hak konsumen itu sendiri dalam produk yang mereka inginkan.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Iklan
Menurut Thomas M. Garret, SJ, iklan dipahami sebagai aktivitas-aktivitas yang lewatnya pesan-pesan visual atau oral disampaikan kepada khalayak dengan maksud menginformasikan atau memengaruhi mereka untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi secara positif terhadap idea-idea, institusi-institusi tau pribadi-pribadi yang terlibat di dalam iklan tersebut. Iklan adalah bagian dari bauran promosi dan bauran promosi adalah bagian dari  bauran pemasaran. Jadi secara sederhana  iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan  suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat  lewat suatu media ( Rhenald Kasali , 1992).Definisi Iklan - Sedangkan menurut Frank Jefkins (1997)  iklan adalah pesan yang diarahkan untuk membujuk orang untuk membeli. 
Iklan sebaiknya dirancang untuk mencapai sasaran spesifik dari perusahaan, walaupun tujuan akhir dari program periklanan adalah untuk mendorong terjadi keputusan pembelian oleh konsumen. Sasaran periklanan  bisa  ditentukan berdasarkan klarifikasi apakah tujuan periklanan bermaksud menginformasikan, membujuk atau mengingatkan saja.    

Iklan informatif.  Ini berarti perusahaan harus merancang iklan sedemikian rupa agar hal-hal
penting mengenai produk bisa disampaikan dalam pesan iklan. Iklan yang menonjolkan aspek
manfaat produk biasanya dikategorikan sebagai iklan yang bersifat informatif.
Iklan membujuk. Periklanan ini biasanya membujuk konsumen dan berperan penting bagi perusahaan dengan tingkat persaingan tinggi. Dimana Perusahaan mencoba menyakinkan konsumen bahwa merek yang ditawarkan adalah pilihan yang tepat. Iklan yang membujuk  biasanya dituangkan dalam pesan-pesan iklan perbandingan. Perusahaan berusaha membandingkan kelebihan produk yang ditawarkan dengan produk lain yang sejenis. 
 Iklan mengingatkan. Biasanya iklan mengingat digunakan untuk mengingatkan produk-produk yang sudah mapan. Banyak produk-produk yang dulu mapan dan menguasai pasar kini hilang karena tidak adanya iklan yang bersifat mengingatkan.

2.2 Daya Tarik Iklan
Adapun daya tarik Iklan tersebut seperti di bawah ini.
1.        Daya tarik pesan iklan rasional
Ada beberapa tipe pesan untuk menimbulkan daya tarik rasional, sehingga mendapat perhatian dari konsumen. Faktual umumnya berhubungan dengan pengambilan keputusan high involvement yaitu penerima pesan dimotivasi untuk dapat memproses informasi  yang menampilkan sisi manfaat produk dan keunggulan produk sekaligus menampilkan argumentasi yang  masuk akal, termasuk ke dalam tipe daya tarik faktual.

2.        Daya tarik didasarkan  perasaan dan emosi
Penggunaan daya tarik perasaan dan emosi banyak digunakan untuk produk mewah (mobil, lukisan, pakaian dll.) maupun produk yang cukup murah (kopi, pasta gigi, air mineral dll). Berikut ini pesan iklan dengan daya tarik perasaan dan emosi :
·  Rasa takut. Iklan rasa takut biasa menampilkan aspek-aspek negatif atau hal-hal yang berbahaya
yang berhubungan dengan perilaku atau penggunaan produk yang tidak tepat. Contoh iklan rasa
takut,  Produk pasta gigi menampilkan pesan iklan yang  menakut-nakuti konsumen seperti gigi
akan keropos dan rusak jika tidak dipelihara dengan menggunakan pasta gigi yang tepat.
· Humor. Merupakan daya tarik emosional karena dapat menarik perhatian dan dapat menimbulkan
daya tarik. Alasan menggunakan humor karena humor dapat membuat penerima pesan memperoleh
mood positif, maka probabilitas penerimaan pesan secara baik dan akan lebih besar. Lain halnya
dalam keadaan buruk (bad mood),  penonton cenderung tidak akan memperhatikan iklan tersebut.
·Animasi. Animasi banyak digunakan untuk produk-produk yang konsumennya anak-anak.
Pengunaan animasi untuk iklan sarapan pagi, coklat, susu, permen dan makanan lain. Alasan
penggunaan animasi adalah untuk menghindari rasa bosan dari konsumen, dengan animasi yang
direkayasa guna menarik perhatian penonton.
·Seks. Banyak iklan yang menggunakan tema iklan seks sebagai daya tarik iklan diprotes oleh
masyarakat dan kontroversial. Penggunaan tema seks memang sangat ampuh untuk menarik
perhatian penonton, bahkan untuk produk yang tidak berhubungan dengan seks. Seperti iklan dengan kalimat ”Ini kacangku”.
· Musik. Penggunaan musik sebagai daya tarik iklan karena musik akan menimbulkan kharisma,
wibawa dan kesan tersendiri bagi produk yang iklankan.
·Fantasi. Penggunaan fantasi diyakini bisa menimbulkan perhatian dari penonoton. Produk makanan
kecil untuk anak-anak sering menggunakan fantasi.

3.        Perencanaan Media   
Pemilihan media iklan dalam menyampai pesan memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Tanpa media, pesan tidak akan sampai kepada kelompok konsumen yang kita inginkan. Oleh karena itu, memilih media yang tepat akan sangat menentukan apakah pesan yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran akan sampai atau tidak. Pertama, perusahaan  harus menentukan siapa target konsumen yang akan dituju. Target konsumen bisa dikelompok berdasarkan kelompok demografis seperti umur, pendidikan, pendapatan, jumlah keluarga dll. Kedua,  perusahaan perlu melihat kapan iklan ditayangkan atau disampaikan kepada target konsumen. Setiap perbedaan waktu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda..

Diperlukan tiga tahap pengambilan keputusan mengenai pemilihan media dalam beriklan :
·Pimpinan harus menetapkan jenis-jenis umum media yang akan digunakan, haruskah digunakan
surat kabar, televisi atau majalah.
·  Jika majalah yang dipilih majalah, apakah yang harus digunakan jenis bidang khusus (umpamanya
majalah mengenai keluarga atau majalah umum).
· Penentuan media harus ditetapkan.
         
1.    Media Cetak
Rhenald kasli (1995:99) mendefenisikan media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman  putih.    Dalam pengertian ini, media cetak yang digunakan sebagai media untuk periklanan dibatasi pada surat kabar dan majalah.
        
2.    Karakteristik media cetak.
Media cetak sebenarnya memiliki beberapa karakteristik yang tidak bisa ditandingi oleh media elektronik seperti televisi.
·  Membaca merangsang orang untuk berinteraksi dengan aktif berfikir dan mencerna secara refleksi
dan kreatif, sehingga lebih berpeluang membuka dialog dengan pembaca/masyarakat konsumennya.
·  Media cetak lebih jelas siapa masyarakat konsumen atau target audiencenya.
·  Kritik sosial yang disampaikan melalui media cetak lebih berbobot atau lebih efektif.
·  Media cetak lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa kemana-mana.
· Dalam penyajian iklan, media cetak lebih atraktif dan disampaikan lebih informatif, lengkap dan
spesifik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen.

Media cetak memberi gambaran bahwa bagaimanapun eksistensinya tetap akan dibutuhkan oleh masyarakat dan oleh karenanya iklan tidak akan pernah lari dari media cetak.
Para ekonom dalam penelitian-penelitian mereka, sering mengaitkan antara iklan dan permintaan produk. Setidaknya bisa dikelompokan mereka terbagi pada 3 pemikiran yaitu persuasif, informatif dan komplementer.
1. Persuasif, pandangan ini menyatakan bahwa iklan dilakukan untuk merayu pembeli. Dampaknya
iklan akan mempengaruhi permintaan atau tingkat penjualan melalui perubahan selera dan
meningkatkan loyalitas konsumen terhadap merek.
2. Informatif, yang termasuk kelompok ini percaya iklan berperan secara konstruktif. Informasi yang
tersebar akan menggeser dan meningkatkan demand. Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan
produk yang diiklankan masuk ke dalam pasar.
3.Komplementer, pemegang aliran ini percaya bahwa iklan mempengaruhi permintaan dengan
mendongkrak kepuasan konsumen atau utility. Iklan-iklan diciptakan untuk meningkatkan
kebanggaan-kebanggaan ketika mengkonsumsi suatu produk.
    
Hal ini mirip dengan konsep marketing terkini, produk-produk diciptakan bukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun justru untuk menciptakan permintaan, creating demand. Perlu diketahui dalam memahami ide ini yakni permintaan tidak sama dengan kebutuhan.

2.3 Keuntungan dan Kerugian adanya iklan
Keuntungan dari adanya iklan:
Adanya informasi kepada konsumer akan keberadaan suatu produk dan “kemampuan” produk tersebut. Dengan demikian konsumer mempunyai hak untuk memilih produk yang terbaik sesuai dengan kebutuhannyaAdanya kompetisi sehingga dapat menekan harga jual produk kepada konsumen. Tanpa adanya iklan, berarti produk akan dijual dengan cara eksklusif  (kompetisisi sangat minimal) dan produsen bisa sangat berkuasa dalam menentukan harga jualnya.

Memberikan subsidi kepada media-massa sehingga masyarakat bisa menikmati media-massa dengan biaya rendah. Hampir seluruh media-massa “hidup” dari iklan (bukan dari penghasilannya atas distribusi media tersebut). Munculnya media-media gratis memperkuat fakta bahwa mereka bisa mencetak dan mendistribusikan media tersebut karena adanya penghasilan dari iklan.

Keburukan dari adanya iklan:
Memunculkan budaya materialisme. Konsumer yang tidak memiliki kemampuan rasional yang cukup baik dapat mudah terbujuk untuk membeli/mengkonsumsi produk-produk yang mungkin bukan merupakan kebutuhan utamanya. Hal ini dapat mengakibatkan persepsi yang salah di mata masyarakat bahwa memiliki/mengkonsumsi suatu produk dianggap menaikkan harkat diri manusia.

Contoh: bila belum makan hamburger, rasanya belum menjadi manusia modern.
Memunculkan perilaku stereotip yang berbahaya. Penampilan tokoh-tokoh/model pada iklan dapat menimbulkan persepsi yang salah, seperti: bicara mengenai karir berarti bicara mengenai dunia kaum pria, bicara mengenai kecantikan berarti bicara mengenai kulit yang putih, rambut yang panjang terurai, bicara mengenai keluarga bahagia berarti bicara mengenai ayah, ibu, anak pria dan anak wanita dan lain-lain.

Munculnya produk-produk yang sebenarnya berbahaya untuk dikonsumsi. Karena alasan mendapatkan perlakukan yang sama dalam berkomunikasi dengan konsumernya, maka produk-produk itu juga diperkenankan beriklan (walaupun dengan banyak batasan) sehingga mempunyai resiko produk-produk itu dikenal oleh consumer-konsumer baru yang sebelumnya belum mengenail produk-produk tersebut. Ada pula produk-produk lain yang dalam iklannya berusaha membujuk konsumernya untuk menggunakan suatu produk dengan frekuensi yang sebanyak mungkin sehingga dapat memutar roda ekonomi. Padahal penambahan frekuensi penggunaan tidaklah secara otomatis berdampak pada peningkatan kualitas hidup manusia, bahkan dalam beberapa kasus, hal ini malah bisa membahayakan diri manusia.

Efek negatif iklan bisa sangat signifikan karena 3 faktor utama dari ciri-ciri dasar iklan:
Persuasif
Iklan bagaimanapun juga akan selalu mempunyai unsur membujuk seseorang untuk mempercayai isi pesan pada iklan tersebut dengan harapan konsumer mau memperhatikan, mencoba dan menjadi loyal terhadap suatu produk/jasa.

Frekuensi
Iklan akan selalu ditampilkan dengan frekuensi yang tinggi dengan harapan dapat menjangkau lebih banyak konsumer dan makin mudah diingat oleh konsumer.

Exposure
Eksposur berkaitan dengan bagaimana pengiklan berusaha “mengurung” konsumer dengan berbagai macam media untuk menyampaikan pesan-pesan iklannya. Setiap media yang digunakan berarti akan menambah tingkat eksposur dari produk/jasa tersebut sehingga konsumer selalu teringat atas produk/jasa tersebut.
Menyadari sisi baik dan buruk dari periklanan, maka perlu disusun suatu pedoman Etika Periklanan di Indonesia (yaitu kitab Etika Pariwara Indonesia).

2.4 Faktor – factor yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan prinsip-prinsip etis
a. Maksud si pengiklan
Jika maksud si pengiklan tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan itu menjadi tidak baik juga. Jika maksud si pengiklan adalah membuat iklan yang menyesatkan, tentu iklannya menjadi tidak etis.
Sebagai contoh: iklan tentang roti Profile di Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa roti ini bermanfaat untuk melangsingkan tubuh, karena kalorinya kurang dibandingkan dengan roti merk lain. Tapi ternyata, roti Profile ini hanya diiris lebih tipis. Jika diukur per ons, roti ini sama banyak kalorinya dengan roti merk lain.
b.      Isi iklan
Menurut isinya, iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang menyesatkan. Iklan menjadi tidak etis pula, bila mendiamkan sesuatu yang sebenarnya penting. Namun demikian, kita tidak boleh melupakan bahwa iklan diadakan dalam rangka promosi. Karena itu informasinya tidak perlu selengkap dan seobyektif seperti seperti laporan dari instansi netral.
Contohnya : iklan tentang jasa seseorang sebagai pembunuh bayaran. Iklan semacam itu tanpa ragu-ragu akan ditolak secara umum.
c.       Keadaan publik yang tertuju
Yang dimengerti disini dengan publik adalah orang dewasa yang normal dan mempunyai informasi cukup tentang produk atau jasa yang diiklankan.
Perlu diakui bahwa mutu publik sebagai keseluruhan bisa sangat berbeda. Dalam masyarakat dimana taraf pendidikan rendah dan terdapat banyak orang sederhana yang mudah tertipu, tentu harus dipakai standar lebih ketat daripada dalam masyarakat dimana mutu pendidikan rata-rata lebih tinggi atau standar ekonomi lebih maju.
Contohnya : Iklan tentang pasta gigi, dimana si pengiklan mempertentangkan odol yang biasa sebagai barang yang tidak modern dengan odol barunya yang dianggap barang modern. Iklan ini dinilai tidak etis, karena bisa menimbulkan frustasi pada golongan miskin dan memperluas polarisasi antara kelompok elite dan masyarakat yang kurang mampu.
d.      Kebiasaan di bidang periklanan
Periklanan selalu dipraktekkan dalam rangka suatu tradisi. Dalam tradisi itu orang sudah biasa dengan cara tertentu disajikannya iklan. Dimana ada tradisi periklanan yang sudah lama dan terbentuk kuat, tentu masuk akal saja bila beberapa iklan lebih mudah di terima daripada dimana praktek periklanan baru mulai dijalankan pada skala besar.
Seperti bisa terjadi juga, bahwa di Indonesia sekarang suatu iklan dinilai biasa saja sedang tiga puluh tahun lalu pasti masih mengakibatkan banyak orang mengernyitkan alisnya.


BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam  penulisan ini penulis mencari informasi dari internet sebanyak-banyaknya mengenai iklan dalam etika dan estetika. Data penulisan ini mengunakan data sekunder. Dimana pengertian Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.

Objek peneletian dari penulisan ini adalah beberapa iklan yang beredar di televise yang masih belum menerapkan etika dan estetika serta memenuhi hak – hak konsumen dalam keputusan pembelian.


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Definisi Etika
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral. Etika sebenarnya lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan tingkah laku manusia. Berdasarkan beberapa pemikiran diatas etika menurut Bartens sebagaiman dikutip oleh abdul kadir,memberikan tiga arti etika yaitu:
1) Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.arti ini dapat juga disebut sistem nilai dalam hidup manusia perseorngan atau hidup bermasyrakat
2) Etika dipakai dalam arti kumpulan asas dan nilai moral,yang dimaksud disi adalah kode etik
3) Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk .arti sini sama dengan filsafat moral

Sementara itu untuk etika moral adalah berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia.apabila etika tersebut dilanggar timbullah kejahatan yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar,kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral,contoh moral adalah :
2.      Berkata dan berbuat jujur
3.      Menghormati orang tua
4.      Menghargai orang lain
5.      Membela kebenaran dan keadilan
6.      Menyantuni anak yatim piatu

 4.2 Iklan
4.2.1 Definisi Iklan
Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai ”Pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat media”. Pada dasarnya, satu-satunya tujuan periklanan adalah menjual suatu produk, jasa atau ide atau tujuan sebenarnya adalah komunikasi yang efektif, yakni dimana efek akhir periklanan adalah mengubah sikap atau perilaku penerima pesan.
    
Dalam periklanan, pesan yang disampaikan secara cepat kepada konsumen atau khalayak yang luas dan tersebar, dimana pesan yang disampaikan melalui media elektronik (radio, TV) dan media cetak (surat kabar, majalah), karena media faktanya muncul untuk meyakinkan tingkah laku, nilai dan maksud pengirim adalah kepentingan lebih besar dari pada penerima. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang terjadi adalah satu arah, dalam hal ini dari produsen ke konsumen. Produsen atau pengiklan seringkali merubah paradigma lama dan menepatkan calon konsumen kedalam subjek, bukan objek, padahal sebenarnya iklan di buat untuk kepentingan produsen, namun seolah-olah dibalik bahwa iklan itu dibuat untuk kepentingan konsumen.

4.2.2 Tujuan Iklan
Dalam berbisnis ikaln merupakan salah satu alternative yang terbaik untuk mempromosikan produk suatu perusahaan. Tujuannya adalah bagaimana caranya suatu perusahaan dapat memperkenalkan produknya baik yang baru maupun yang lama dengan cara yang baik dan dikemas semenarik mungkin agar konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut.

4.2.3 Elemen – Elemen Iklan
Untuk mengetahui apakah iklan suatu produk sesuai dengan keinginan atau dapat menarik perhatian masyarakat maka diperlukan elemen-elemen iklan sebagai berikut :
a. Elemen heard words Maksudnya adalah kata-kata yang terdengar dalam iklan yang dapat membuat
audiens semakin mengerti akan maksud pesan iklan yang disampaikan.
b.Elemen music. Maksudnya adalah musik yang terdapat dalam tayangan iklan termasuk iringan
musik maupun lagu yang ditampilkan.
c.Elemen seen words.Maksudnya adalah kata-kata yang terlihat pada tayangan iklan yang dapat
mempengaruhi benak pemirsa.
d.Elemen picture.Maksudnya adalah gambar atau tayangan iklan meliputi obyek yang digunakan,
figur yang digunakan, adegan yang ditampilkan.
e.Elemen colour.Maksudnya adalah komposisi atau keserasian warna gambar serta pengaturan
cahaya yang terdapat dalam tampilan tayangan iklan.
Beberapa kategori dari tujuan periklanan menjadi acuan dalam strategi perusahaan. Kategori-kategori itu kemudian diformulasikan dalam bentuk pertanyaan seperti siapa ?, apa ?, dimana ?, dan seberapa sering?.

Siapa ?. Pertimbangan paling mendasar yang mendasari formulasi strategi iklan adalah pemilihan pasar sasaran. Tujuan yang  berhubungan dengan siapa,  yang menjelaskan pasar sasaran menurut kebutuhan-kebutuhan dasarnya, yang dijadikan pemikat untuk suatu merek dan fitur-fitur/ciri-ciri produknya yakni pemikat dalam bentuk demografis, psikologi, atau karakteristik-karakteristik lainnya yang mempengaruhi perilaku pemilihan.

Apa ?  Pertanyaan apa meliputi dua macam pertimbangan (1) apa penekanannya dan (2) apa tujuan-tujuannya?. Masalah penekanan berhubungan dengan berbagai fitur-firtur dan manfaat yang akan ditekankan serta emosi-emosi yang hendak ditimbulkan ketika mengiklankan sebuah merek.Dimana ? Kapan ? Seberapa sering ? Secara demografi, pasar-pasar manakah yang perlu ditekankan, bulan-bulan atau musim-musim apakah yang menguntungkan untuk iklan, serta seberapa seringkah seharusnya suatu merek diiklankan.

Manfaat iklan yang terbesar adalah membawa pesan yang ingin disampaikan oleh produsen kepada khalayak ramai. Iklan menjangkau berbagai daerah yang sulit dijangkau secara fisik oleh produsen melalui siaran televisi atau radio. Sekalipun memerlukan biaya yang secara nominal besar sekali jumlahnya, bagi produsen yang dapat memanfaatkan kreativitas dalam dunia iklan, strategi iklan yang tepat menjadi murah.

Supaya mampu membujuk, mampu membangkitkan mempertahankan ingatan konsumen akan produk yang ditawarkan, maka perlu adanya daya tarik untuk keberhasilan komunikasi dengan konsumen.

4.3 Estetika
Kata estetika berasal dari kata Yunani aesthesis yang berarti perasaan, selera
perasaan atau taste.Dalam prosesnyan Munro mengatakan bahwa estetika adalah cara merespon terhadap stimuli, terutama lewat persepsi indera, tetapi juga dikaitkan dengan proses
kejiwaan, seperti asosiasi, pemahaman, imajinasi, dan emosi. Ilmu estetika adalah
suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan,
mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan.Estetika adalah hal yang mempelajari kualitas keindahan dari obyek, maupun daya impuls dan pengalaman estetik pencipta dan pengamatannya.

4.4 Konsumen
Konsumen adalah orang yang membeli atau mempergunakan suatu produk barang atau jasa dan mementingkan kebutuhannya sendiri. Biasanya konsumen dapat ditemui dalam kehidupan sehari hari.

4.5 Hak – Hak konsumen
Hak-hak konsumen ini dilindungi undang-undang : UU no 8 thn 1999 tentang Perlindungan Konsumen diantaranya :
  1. Berikut adalah beberapa hak yang Anda dapat sebagai konsumen:
  2. Hak memilih barang atau yang akan dikonsumsi
  3. Hak mendapat kompensasi dan ganti rugi
  4.  Hak dilayani, diperlakukan dengan baik tanpa diskriminasi
  5. Hak mendapat advokasi dan perlindungan serta upaya penyelesaian sengketa

DAFTAR PUSTAKA